gejala asma

10 Penyebab Gejala Asma Gejala, Cara Mengatasi, dan Pencegahannya

Blog Terbaru

Gejala Asma dan Penyebabnya – Asma, merupakan suatu gangguan dalam sistem pernapasan yang ditandai oleh peradangan dan penyempitan pada saluran napas. Kondisi penyakit asma ini seringkali dicirikan oleh kesulitan bernapas, dan dapat memengaruhi individu dari berbagai kelompok usia, termasuk lansia maupun generasi muda.

Dalam konteks Indonesia, asma merupakan salah satu penyakit yang cukup umum ditemui. Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2020, sekitar 4,5% dari penduduk Indonesia mengidap penyakit asma. Oleh karena itu, pertanyaan mendasar yang perlu dijawab adalah apa sebenarnya penyebab terjadinya asma? Untuk lebih memahami hal ini, mari kita simak penjelasan lebih lanjut.

Apa Itu Asma?

Asma merupakan suatu masalah kesehatan yang secara khusus mempengaruhi sistem pernapasan, terutama organ paru-paru. Penyakit asma menyebabkan penderitanya mengalami kesulitan bernapas karena adanya peradangan dan penyempitan pada saluran pernapasan.

Individu yang mengidap asma memiliki saluran pernapasan yang lebih sensitif. Ketika paru-paru terkena iritasi, saluran pernapasan mereka akan menyempit, yang pada gilirannya membatasi jumlah udara yang bisa masuk ke dalam paru-paru. Olelah itu, penderita asma sering mengalami sesak napas atau batuk saat terpapar berbagai pemicu seperti asap rokok, debu, bulu binatang, atau bahan-bahan lain yang berpotensi mengiritasi paru-paru.

Penyebab Asma

apa saja gejala asma
apa saja gejala asma

Penyebab pasti penyakit asma masih belum dapat dipastikan dengan jelas. Namun, seringkali kondisi ini muncul ketika penderita terpapar oleh berbagai zat pemicu tertentu. Sejumlah faktor yang diduga dapat memicu timbulnya asma antara lain:

  1. Infeksi saluran pernapasan atas.
  2. Pengaruh faktor cuaca, seperti cuaca dingin, panas, atau perubahan suhu yang drastis.
  3. Paparan asap rokok, baik secara aktif maupun pasif.
  4. Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung bahan pengawet.
  5. Terpapar zat-zat dalam udara, termasuk polusi udara dan zat kimia.
  6. Alergi terhadap makanan tertentu.
  7. Stres dan gangguan kecemasan.
  8. Gastroesophageal Reflux Disease (GERD).
  9. Aktivitas berlebihan seperti olahraga intensif, tertawa berlebihan, atau bernyanyi dalam jumlah yang signifikan.
  10. Penggunaan obat-obatan tertentu.
Baca Juga  9 Kelompok Orang yang Sebaiknya Menghindari Konsumsi Kopi

Berdasarkan faktor pemicu di atas, asma dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

  1. Asma alergi.
  2. Asma olahraga.
  3. Asma nokturnal (hanya muncul pada malam hari).
  4. Asma yang ditandai dengan batuk.
  5. Asma yang terkait dengan pekerjaan tertentu.

Faktor Risiko Asma

Meskipun asma dapat terjadi pada semua usia, gejala asma biasanya sudah dapat dikenali sejak masa anak-anak. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya asma pada anak-anak meliputi:

  1. Memiliki anggota keluarga dengan riwayat penyakit asma.
  2. Mengalami infeksi saluran pernapasan, seperti bronkitis dan pneumonia.
  3. Kelahiran prematur.
  4. Lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
  5. Menderita alergi atopik.

Gejala Asma dan Proses Diagnosis

Gejala asma dapat bervariasi antara individu satu dengan yang lain, bergantung pada sejumlah faktor termasuk frekuensi serangan, durasi serangan, dan tingkat keparahannya. Pada beberapa individu, serangan asma terjadi khususnya pada malam hari, sementara pada kasus lain, asma mungkin hanya muncul setelah beraktivitas.

Adapun gejala umum asma yang relatif mudah dikenali meliputi:

  • Sesak napas.
  • Sensasi sesak atau perasaan dada terikat.
  • Batuk yang sering terjadi, terutama saat malam hari.
  • Mengi, yang ditandai dengan suara siulan saat bernapas.
  • Kelelahan dan kelesuan tubuh.
  • Rasa gelisah yang tidak biasa.
  • Pernapasan sering terasa dalam dan panjang.

Sementara itu, pola serangan asma yang sering terjadi antara lain:

  • Penyakit semakin parah pada malam hari atau pagi hari.
  • Serangan asma bisa timbul dan hilang dalam waktu yang sama pada hari yang sama.
  • Serangan bisa dipicu oleh kondisi cuaca tertentu, aktivitas fisik, tertawa, atau bahkan menangis.
  • Gejala asma dapat memburuk karena infeksi virus, seperti pilek.

Dalam proses diagnosis asma, sebelum menetapkan diagnosis secara pasti, dokter akan melakukan anamnesis terhadap riwayat kesehatan pasien dan riwayat keluarga. Ini kemudian diikuti dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan fungsi paru-paru menggunakan tes spirometri.

Baca Juga  9 Solusi Efektif untuk Mengatasi Bau Kaki yang Mengganggu, Ikuti 9 Langkah Ini

Bila diperlukan, dokter mungkin akan merekomendasikan sejumlah tes penunjang, termasuk:

  • Tes alergi untuk menilai apakah pasien memiliki alergi tertentu yang bisa menjadi penyebab asma.
  • Tes bronkus untuk mengukur sensitivitas saluran pernapasan.
  • Tes penunjang lainnya untuk mengevaluasi kondisi medis lain yang dapat berhubungan dengan gejala asma.
  • Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) dan rontgen dada untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab gejala yang dialami oleh pasien.

Strategi Mengatasi Asma: Upaya untuk Mengendalikan Gejala

Banyak orang memiliki pandangan keliru tentang asma, dengan anggapan bahwa penyakit ini dapat disembuhkan sepenuhnya. Namun, kenyataannya adalah asma adalah kondisi yang tidak dapat disembuhkan secara total. Meskipun begitu, para profesional medis dapat melakukan berbagai tindakan untuk membantu meredakan gejala asma serta mencegah terjadinya serangan kambuh.

Biasanya, dokter akan merekomendasikan penggunaan inhaler sebagai langkah pertama yang harus diambil saat serangan asma muncul. Di samping itu, pengobatan medis yang umumnya diberikan kepada penderita asma meliputi hal-hal berikut:

mengetahui gejala asma
mengetahui gejala asma
  1. Penggunaan Obat Kontrol Jangka Panjang

Pengobatan jangka panjang sering diberikan kepada pasien yang mengalami gejala asma secara kronis. Tujuan utama dari pengobatan ini adalah untuk mengontrol tingkat keparahan gejala, mengurangi risiko serangan berulang, serta meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi.

  1. Penggunaan Obat Kontrol Jangka Pendek

Pengobatan jangka pendek pada penderita asma bertujuan untuk mengatasi gejala akut yang muncul tiba-tiba dan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat serangan yang kambuh secara tiba-tiba. Namun, penting untuk diingat bahwa jenis pengobatan ini sebaiknya digunakan hanya dalam jangka waktu yang pendek, tidak melebihi dua minggu.

Upaya Pencegahan Asma: Membuat Rencana Tindakan yang Tepat

Walaupun pencegahan serangan asma adalah hal yang kompleks, terdapat sejumlah langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko serangan kambuhnya asma. Berikut adalah beberapa upaya yang bisa dipertimbangkan:

  • Pembuatan Rencana Tindakan Asma
Baca Juga  Dampak Polusi Udara Terhadap Kesehatan dan Lingkungan: Ancaman Serius Bagi Kesejahteraan Manusia dan Kelestarian Alam

Rencana tindakan asma adalah suatu strategi perawatan yang disusun bersama dengan bantuan dokter. Rencana ini mencakup penentuan jenis obat yang paling sesuai serta perawatan yang cocok dengan kondisi kesehatan individu. Tujuan utama dari rencana ini adalah mencegah serangan asma kambuh dan mengendalikannya secara efektif.

  • Menghindari Pemicu Asma

Asma seringkali dipicu oleh berbagai faktor yang telah dibahas sebelumnya. Oleh karena itu, penting untuk berusaha menjauhi pemicu-pemicu tersebut agar mengurangi risiko serangan asma yang memburuk.

  • Melakukan Pemeriksaan Rutin

Pengidap asma sebaiknya melakukan pemeriksaan rutin, termasuk pengukuran fungsi paru-paru menggunakan alat peak flow. Alat ini berguna untuk mengukur aliran udara dalam pernapasan dan dapat membantu mengenali pemicu asma yang mungkin Anda alami.

  • Mengonsumsi Obat Sesuai dengan Petunjuk

Jika Anda telah diresepkan obat oleh dokter, sangat penting untuk mengonsumsinya sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Hindari menghentikan penggunaan obat tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Jika Anda mengalami efek samping dari obat-obatan tersebut, segera konsultasikan hal ini kepada dokter yang meresepkannya.