parenting

10 Strategi Parenting Positif untuk Membentuk Disiplin pada Anak

Terbaru

Parenting positif, sebuah konsep yang tengah naik daun, menawarkan pendekatan yang berbeda dalam mendisiplinkan anak-anak. Sering kali disalahpahami sebagai pendekatan permisif yang tidak memberikan konsekuensi atas perilaku negatif, parenting positif sebenarnya lebih dari sekadar mengucapkan kata-kata “Aku mencintaimu” saat anak kecil berusia 3 tahun melakukan kesalahan. Filosofi parenting ini didasarkan pada keyakinan bahwa hubungan orang tua dengan anak adalah hal terpenting, dan bahwa disiplin bisa diajarkan kepada anak-anak dengan cara yang positif.

Cara-cara Parenting yang Baik

Dalam parenting positif, perhatian khusus diberikan pada pengembangan disiplin diri anak dengan tujuan agar mereka bisa mematuhi aturan dan menghormati orang lain, bukan karena takut, tetapi karena itulah yang benar. Berikut ini beberapa strategi yang dapat membantu Anda membentuk disiplin pada anak, sekaligus menjadi orang tua yang positif:

cara parenting

1. Menetapkan Batasan yang Penting

Menetapkan batasan dalam hubungan orang tua dan anak adalah kunci keberhasilan dalam Parenting yang positif. Memiliki batasan yang jelas dan memberlakukan mereka memungkinkan kita untuk menjaga ketenangan dan kesabaran, sebab kita merasa dihargai dan kebutuhan kita dalam hubungan ini terpenuhi.

Cara yang baik untuk menentukan kapan harus menerapkan batasan baru adalah saat kita merasa tertekan, tidak sabar, atau marah terhadap perilaku atau situasi yang berulang. Contohnya, mungkin kita merasa bahwa anak seharusnya sudah dapat duduk sendiri saat makan. Jika hal ini terjadi, kita dapat membuat aturan bahwa setiap individu harus duduk di kursinya masing-masing saat makan.

Apakah anak mungkin akan mengeluh? Mungkin saja. Namun, hal ini juga akan mengajarkan mereka bahwa kita sebagai orang tua juga memiliki kebutuhan. Ketika kebutuhan kita terpenuhi, kita menjadi orang tua yang lebih baik, dan anak akan mendapatkan contoh yang positif tentang cara mengadvokasi kebutuhan mereka dalam suatu hubungan.

2. Membangun Koneksi untuk Memperoleh Kerjasama

Anak-anak memerlukan rasa koneksi dengan orang dewasa agar mau mendengarkan. Ini adalah hal yang penting, karena kita tidak menginginkan anak mendengarkan orang asing yang tidak mereka kenal yang memberi perintah. Namun, hal ini juga berarti anak lebih cenderung mendengarkan orang tua ketika mereka merasa terhubung.

Baca Juga  11 Strategi Efektif untuk Meredakan Perpisahan dan Mempercepat Proses Move On

Jika anak mengalami kesulitan dalam perilaku mereka, coba perluas waktu untuk membangun koneksi satu langkah demi satu. Ini tidak perlu memakan banyak waktu, tetapi harus dilakukan secara rutin dan penuh perhatian. Bahkan hanya 15 menit sehari dengan waktu yang khusus dan tanpa gangguan gawai bisa memperkuat koneksi antara anak dan orang tua.

3. Bersikap Tegas dengan Kasih Sayang

Salah satu elemen kunci dari Parenting positif adalah bagaimana kita mengatur nada suara kita. Kita dapat bersikap tegas dan menetapkan ekspektasi tinggi kepada anak-anak, sambil tetap menjaga cinta dan kasih sayang. Langkah awalnya adalah menetapkan aturan yang penting bagi kita sebagai orang tua, kemudian secara jelas berkomunikasi dengan anak-anak, dan selalu konsisten dalam menerapkannya. Menjadi orang tua yang positif tidak berarti kita harus membiarkan anak-anak mengendalikan kita; sebaliknya, hal ini berarti kita berusaha menjaga intonasi suara yang selalu tenang dan penuh kasih saat anak-anak membutuhkan pengingat tentang peraturan.

4. Menghindari Penghinaan

Menggunakan kalimat-kalimat seperti “Kamu berumur 6 tahun, jangan bertingkah seperti bayi!” atau “Kamarmu menjijikkan, bersihkan” memiliki efek penghinaan yang dapat membuat anak-anak merasa rendah diri. Ini tidak hanya berdampak negatif pada harga diri anak, tetapi juga tidak efektif dalam mengubah perilaku mereka karena memperkuat identitas mereka sebagai seseorang yang berperilaku demikian.

Jika kita terus-menerus memberi tahu anak bahwa mereka bertingkah seperti bayi, mereka akan menerima label tersebut dan mungkin akan memperkuat perilaku tersebut. Sebaiknya, berikan komentar pada perilaku mereka, seperti ketika mereka lupa merapikan mainan, sampaikan bahwa tindakan tersebut tidak pantas tanpa harus menimbulkan rasa malu.

5. Terapkan Konsekuensi Alami

Menghukum anak-anak dapat membuat kita terlihat sebagai musuh, terutama jika hukuman yang diberikan tidak berkaitan dengan pelanggaran yang terjadi. Sebaliknya, coba terapkan konsekuensi alami dari tindakan mereka. Sebagai contoh, jika kita meminta anak untuk mengenakan sepatu bot hujan dan mereka menolak, konsekuensi alami yang akan terjadi adalah kaki mereka basah di luar.

Baca Juga  Peran Tindakan yang Penting dalam Mengatasi Kecanduan Handphone pada Anak-anak: 10 Solusi yang Harus Anda Terapkan

6. Manfaatkan Konsekuensi yang Rasional

Meskipun konsekuensi alami sering dianggap ideal karena tidak memperbantah anak, terkadang tidak ada konsekuensi alami yang dapat diterapkan dalam jangka pendek yang nyaman. Contohnya, mungkin kita menganggap penting untuk merapikan mainan kembali. Dalam situasi semacam ini, pertimbangkan untuk menggunakan konsekuensi logis yang masuk akal dan terapkan tanpa emosi yang berlebihan.

Sebagai contoh, jika kita menginjak mainan anak, konsekuensinya adalah mainan tersebut akan dipindahkan ke garasi bukan ke kotak mainan anak. Anak yang memiliki perasaan terhadap mainannya mungkin akan mendengarkan dan mengembalikan mainan tersebut ke tempat semula.

7. Gunakan Penguatan Positif

Mudah bagi kita untuk memberikan komentar tentang perilaku yang buruk, namun kita seringkali lupa untuk memberikan pengakuan saat anak melakukan hal-hal positif. Pastikan kita memberikan perhatian lebih kepada perilaku baik daripada yang buruk. Ini tidak harus melibatkan sistem imbalan yang rumit, cukup beri tahu mereka tentang apa yang kita lihat.

Misalnya, kita bisa mengatakan, “Saya melihat kamu menyimpan sepatumu sendiri. Itu menunjukkan sikap yang bertanggung jawab.” Selain memberitahu mereka bahwa kita memperhatikan, pujian seperti ini juga membantu anak mempertahankan identitas positif yang ingin mereka kembangkan.

parenting yang baik

8. Jadilah Contoh untuk Anak

Anak-anak cenderung meniru perilaku orang dewasa di sekitar mereka. Jika kita ingin mereka menghormati orang lain, kita harus memulainya dengan menghormati mereka. Jika kita ingin mereka menggunakan kata-kata “tolong,” kita juga harus menggunakan kata-kata “tolong” kepada mereka. Dan jika kita ingin mereka bersikap baik dan lembut terhadap saudara mereka, kita juga harus menunjukkan kebaikan dan kelembutan kepada mereka.

Meskipun mungkin sulit diimplementasikan dalam kehidupan yang penuh kesibukan dan kelelahan, anak-anak belajar dari semua hal yang mereka lihat di sekitar mereka, termasuk cara kita berinteraksi dengan mereka.

Baca Juga  6 Metode Mudah Investasi Emas bagi Pemula

9. Upayakan Empati

Sering kali, kita dihadapkan dengan perilaku anak yang memicu rasa frustrasi, baik itu dalam hal sederhana seperti menolak makanan yang telah kita siapkan atau masalah yang lebih kompleks seperti kesulitan di sekolah. Memahami alasan di balik perilaku negatif ini akan memudahkan kita untuk merasakan empati terhadap anak dan memberikan tanggapan yang penuh kebaikan.

Jika kita kesulitan menemukan alasan di balik perilaku tersebut, kita harus menyadari bahwa selalu ada alasan di balik tindakan anak. Anak-anak sangat mencintai orang tua mereka dan berusaha untuk membuat mereka bahagia, jadi pasti ada alasan di balik setiap tindakan mereka.

10. Terapkan “Time-In” alih-alih “Time-Out”

Tujuan dari pendekatan Parenting positif adalah membangun dan menjaga hubungan yang kuat dengan anak kita, sambil juga membimbing mereka menjadi individu yang berperilaku baik dalam masyarakat. Konsep “time-out” mengirimkan pesan bahwa kita tidak bisa mengatasi perilaku anak kita, bahwa kita tidak ingin melihat sisi mereka yang mungkin keras kepala, marah, atau tidak teratur.

Sebaliknya, “time-in,” yaitu menghabiskan waktu bersama anak, membantu mendekatkan hubungan kita. Ini adalah cara mengakui bahwa apa yang dibutuhkan oleh semua anak adalah merasa dicintai dan diterima oleh orang tua mereka, tanpa memandang perilaku mereka pada saat itu. Meskipun “time-in” tidak selalu menyenangkan, terkadang kita mungkin merasa kesal dengan perilaku anak saat kita bersama-sama, namun pesan yang disampaikan adalah bahwa kita akan selalu ada untuk mereka dan siap menangani apapun yang mereka hadapi.